Ketika Sakit Tak Harus Menderita

Senin, 18 September 2023 20:16 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Orang yang mengalami sakit belum tentu menderita. Namun, tidak sedikit orang begitu menderita walaupun hanya mengalami sakit ringan.

KETIKA SAKIT TAK HARUS MENDERITA

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita semua sudah barang tentu pernah merasakan yang namanya sakit. Entah itu sakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau cacing, yang biasa kita sebut sebagai penyakit. Atau sakit karena terjatuh, terbentur, terkena pisau, tertimpa pohon. Atau sakit yang disebabkan oleh perbuatan orang lain, seperti dipukul, ditendang, ditusuk, ditabrak, dll. Ada sakit yang levelnya ringan, sedang, dan berat.

Pada dasarnya, antara sakit dan menderita adalah berbeda. Sakit disebabkan oleh faktor fisik, sedangkan penderitaan merupakan aspek psikis. Orang yang mengalami sakit belum tentu menderita. Namun, tidak sedikit orang begitu menderita walaupun hanya mengalami sakit ringan.

 

Respons Adalah Faktor Penentu

Setiap manusia memiliki respons yang berbeda-beda terhadap berbagai peristiwa yang dialaminya. Apakah responsnya positif atau negatif. Apakah responsnya proaktif atau reaktif. Atau apakah responsnya santai atau serius. Respons (reaksi) inilah yang akan menentukan dampak dari peristiwa tersebut.

Demikian halnya respons seseorang terhadap sakit yang dialaminya. Ada orang yang hanya sakit ringan saja, ia mengeluh terus-menerus. Hanya luka kecil saja, ia meratap sedemikian rupa. Cuma sedikit sakit kepala saja, ia begitu panik.

Ia sering merasa khawatir, cemas, atau takut. Bersikap pesimis. Tegang. Bahkan, takut mati.

Di sisi lain, ada orang yang sedang mengalami sakit berat. Namun, ia tidak pernah mengeluh. Raut mukanya tetap tampak ceria. Masih bisa bercerita, tersenyum, bahkan tertawa. Ia tetap bersyukur, bersemangat, dan optimis.

Rasa sakit di tubuh fisik tak berpengaruh sama sekali di dalam batinnya.

 

Mengapa Seseorang Itu Menderita?

Sakit adalah sesuatu yang tidak dapat kita kendalikan (uncontrolable). Siapa yang bisa menolak penyakit yang datang kepada kita. Siapa yang tahu kalau kita akan terjatuh. Siapa pula yang bisa mengendalikan apa yang akan diperbuat orang lain terhadap kita.

Sedangkan penderitaan adalah aspek batin. Ini sepenuhnya berada di bawah kendali kita (controlable). Kita mau mengeluh atau tidak. Kita mau meratap atau tidak. Kita mau cemas atau tidak. Semua keputusan ada di tangan kita sendiri.

Orang yang sedang sakit tapi tidak merasa menderita bukanlah cerita fiksi semata. Banyak kisah para nabi maupun alim-ulama yang bisa kita ambil pelajaran.

Nabi Ayyub contohnya. Dia mengalami sakit kulit yang sangat parah beberapa tahun lamanya. Bahkan, kulitnya bernanah hingga menimbulkan bau busuk dan dihinggapi sejenis serangga kecil. Kondisi demikian, nyaris membuatnya tak mampu melakukan aktivitas harian tanpa bantuan orang lain. Tragisnya, dikabarkan bahwa anak-anak dan istrinya pergi meninggalkannya.

Ujian yang mahaberat tersebut tak membuat Nabi Ayyub hatinya merasa menderita. Tubuh fisik boleh sakit atau terkena penyakit, namun jiwa tak boleh ikut sakit (menderita). Oleh karena itu, ia mengisi hari demi hari kehidupannya dengan memperbanyak berdoa, berdzikir memohon ampunan dan belas kasihNya. Ia tak pernah kehilangan semangat, tetap optimis, dan berkhusnudzan pada Sang Pencipta.

Imam Syafii juga mengalami sakit wasir beberapa tahun lamanya hingga mengalami pendarahan yang hebat. Saat beliau berada di atas tunggangan, terkadang darah mengalir deras hingga memenuhi celana dan sepatunya. Sekalipun demikian, ia tak pernah mengeluh, batinnya tak pernah merasa menderita. Ia tetap duduk di majelis mengajarkan ilmu dan aktif menulis kitab. Bahkan, saat mengajar, disediakan wadah khusus untuk menampung darah yang keluar dari tubuhnya.

Selanjutnya, ada sahabat nabi bernama Imran bin Husain atau biasa dipanggil Abu Nujaid. Tidak diceritakan secara detail apa penyakitnya, konon ia mengalami sakit 30 tahun lamanya. Hebatnya, ia tak pernah mengeluh, atau sekedar mengucapkan “aduh!” atau “aaah!” Ketika ada sahabat yang menjenguk dirinya dan menyarankan untuk berobat, Imran hanya tersenyum lalu berkata, "Yang paling aku cintai adalah yang paling dicintai oleh Allah SWT."

Terakhir, pahlawan kita, Jenderal Soedirman. Meskipun berada di dalam tandu, ia tetap semangat melakukan jihad fi sabilillah, melakukan perjalanan ratusan kilometer masuk-keluar hutan, mendaki bukit menuruni lembah dalam rangka perang gerilya. Tubuh yang sedang sakit dan dalam kondisi lemah tak membuatnya putus asa demi memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan.

 

*****

Rasa sakit atau terkena penyakit yang kita alami merupakan sesuatu yang di luar kendali kita. Tiada lain dan tiada bukan, kecuali menerima sepenuhnya. Sedangkan perihal menderita adalah sesuatu yang berada dalam kendali kita. Mau merasa menderita atau tidak, keputusan ada pada diri kita sendiri. Manusia diberi kemerdekaan penuh untuk menentukan pilihan.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
trimanto ngaderi

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Ketika Sakit Tak Harus Menderita

Senin, 18 September 2023 20:16 WIB
img-content

Sihir Iklan yang Anda Turuti Begitu Saja

Jumat, 7 Juli 2023 13:57 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content

test

Rabu, 17 Juli 2024 08:22 WIB

img-content
img-content
Lihat semua

Terkini di Pilihan Editor

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Pilihan Editor

Lihat semua